Sumber Gambar: |
Pada zaman modern sekarang terdapat beragam respon yang dikemukakan oleh
penganut-penganut agama terhadap orang lain agama. Ninian Smart menyederhanakan
menjadi lima kategori; (1) eksklusif absolut, (2) ekslusif relatif,
(3) inksklusif hegemonistik, (4) pluralis realistik, dan (5) pluralis
regulatif.
Kategori pertama
yaitu eksklusif absolut, merupakan
pandangan umum yang terdapat dalam banyak agama. Pandangan ini secara sederhana
melihat kebenaran sebagai hanya terdapat dalam tradisi agama sendiri sedangkan
agama lain dipandang sebagai sesuatu yang keliru. Wawasan ini agaknya sangat
rigid untuk dijadikan sandaran dalam upaya menciptakan harmoni sosial untuk
tidak menyatakan berbahaya. Kesulitannya menurut Smart, adalah bahwa setiap
orang dapat membuat klaim kebenaran semacam ini sehingga dapat berimplikasi
bagi lahirnya benih-benih konflik, bahkan jika setiap tradisi agama menekankan
pada posisi eksklusif absolut akhirnya akan jatuh pada ekslusif relatif.
Kategori kedua, eksklusif relatif yang berpandangan
bahwa berbagai sistem kepercayaan agama tidak dapat dibandingkan satu sama lain
karena orang harus menjadi orang dalam untuk dapat mengerti kebenaran
masing-masing agama. Karenanya setiap keyakinan agama tidak pernah mempunyai
akses terhadap kebenaran agama lain. Lebih lanjut Smart menyatakan bahwa posisi
dan cara pandang ini sangat riskan untuk dipertahankan sebab dapat merusak
kebenaran itu sendiri.
Kategori ketiga,
inklusif hegemonistik
mencoba melihat ada kebenaran yang terdapat dalam agama lain, namun menyatakan
prioritas pada agamanya sendiri. Pandangan ini banyak ditonjolkan dalam
berbagai dialog antarumat beragama. Smart memasukkan sikap Islam ke dalam
kategori inklusif hegemonistik karena di dalam agama ini terdapat pengakuan
terhadap agama Kristen dan Yahudi sebagai agama wahyu dan dalam hukum Islam
kelompok non muslim diberi suatu otonomi parsial di dalam keseluruhan sistem
Islam.
Kategori keempat,
disebut dengan pluralis realistik,
yaitu pandangan yang menyebutkan bahwa setiap agama merupakan jalan hidup yang
berbeda-beda atau merupakan berbagai versi dari satu sumber kebenaran yang sama
yaitu Tuhan. Gagasan ini mulanya dilontarkan oleh Swami Vivikenada pada
Parlemen Agama-agama Dunia di Chicago tahun 1893. Menurutnya suatu kebenaran
mempunyai level-level di mana pada level yang lebih tinggi Yang Maha Mutlak
tidak bisa diekspresikan pada level lebih rendah. Dia muncul dalam sebutan God, Allah dan seterusnya.
Sebagaimana Vivikenada, Smart yang berangkat dari teori Copernicus, menyatakan
bahwa agama seperti planet-planet yang mengorbit di sekitar Yang Maha Nyata,
tiap-tiap agama memiliki pandangan tersendiri mengenai hakikat Tuhan, yang
betapapun merupakan suatu noumena
terhadap mana agama-agama empiris dapat dikatakan sebagai fenomenanya.
Kategori kelima,
pluralis regulatif, merupakan pandangan bahwa sementara berbagai agama memiliki
nilai-nilai dan kepercayaan masing-masing, mereka mengalami suatu evolusi
historis dan perkembangan ke arah suatu kebenaran bersama, hanya saja kebenaran
bersama tersebut belum lagi terdefinisikan. Pandangan ini tampak jelas dalam
berbagai dialog antar agama yang tidak menentukan bagaimana hasil akhir dari
dialog tersebut.
Post a Comment