Sumber: |
Secara
garis besar, penelitian Ilmu Kalam dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama,
penelitian yang bersifat dasar dan pemula; kedua, penelitian yang bersifat
lanjutan atau pengembangan dari penelitian model pertama. Penelitian model
pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun ilmu kalam menjadi suatu
disiplin ilmu dengan merujuk pada al-Qur’an dan hadits serta berbagai pendapat
tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi. Sedangkan
penelitian model kedua sifatnya hanya mendeskripsikan tentang adanya kajian
ilmu kalam dengan menggunakan bahan-bahan rujukan yang dihasilkan oleh
penelitian model pertama.
a.
Model Abu Manshur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud
Maturidy Samarqandy
Abu
Manshur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud Maturidy Samarqandy telah menulis buku
teologi berjudul Kitab al-Tauhid. Buku ini dikemukakan berbagai masalah yang
detail dan rumit di bidang ilmu kalam. Di antaranya dibahas tentang cacatnya
taklid dalam hal beriman, serta kewajiban mengetahui agama dengan dalil al-sama
(dalil naqli) dan dalil akli; pembahasan tentang alam, antrophormisme atau paha
jisim pada Tuhan, sifat-sifat Allah, perbedaan paham di antara manusia tentang
cara Allah menciptakan makhluk, perbuatan, makhluk, paham qadariyah, qada dan
qadar, masalah keimanan, serta tidak adanya dispensasi dalam hal Islam dan
iman.[1]
b.
Model al-Ghazali
Imam
Ghazali yang pernah belajar pada Imam Haramain dikenal sebagai Hujjatul
Islam telah pula menulis buku berjudul al-Iqtishad fi al-I’tiqad,
dan telah diterbitkan pada tahun 1962 di Mesir. Dalam buku ini dibahas tentang
pembahasan bahwa ilmu sangat diperlukan dalam memahami agama, tentang perlunya
ilmu sebagai fardlu kifayah, permbahasan tentang zat Allah, tentang
qadimnya alam, tentang bahwa Pencipta alam tidak memiliki jisim, karena jisim
memerlukan pada materi dan bentuk, dan penetapan tentang kenabian Muhammad Saw.[2]
c.
Model Syahrastani
Syekh
Imam Alim Abd Karim Syahrastani menulis buku berjudul Kitab Nihayah al-Iqdam
fi Ilmi al-Kalam sebanyak dua jilid. Jilid pertama 511 halaman, sedangkan
jilid kedua berjumlah 237 halaman. Dalam buku ini dibahas dua puluh masalah
yang berkaitan dengan teologi. Di antaranya tentang baharunya alam, tauhid, tentang
sifat-sifat azali, hakikat ucapan manusia, tentang Allah sebagai yang Maha
Mendengar dan perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebelum datangnya syariat.
Selanjutnya, dalam karyanya berjudul al-Milal wa al-Nihal, yang tebalnya
520 halaman, Syahrastani selain berbicara tentang Islam, Iman, dan Ihsan, juga
membahas berbagai aliran dalam teologi Islam seperti Mu’tazilah lengkap dengan
tokoh-tokohnya, dan lain-lain.[3]
Post a Comment