Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya).
(QS. an-Najm (Bintang) [53] :39-40)
Malam itu terasa dingin sekali,
hawa dingin perlahan-lahan menusuk tulang sumsum Anton. Tak kuasa menahan
dinginnya malam, ia mengemulkan kain ketubuhnya yang ringkih- tua sebelum
masanya. Kerutan-kerutan diwajahnya menampakkan wajah lelah. Yah wajah seorang
anak manusia yang terlahir ‘kurang beruntung’. Dalam angan-angannya yang paling
nakal ia berkhayal: “Andai aku tampan seperti artis dan tinggal di kota besar-
mungkin aku sudah menjadi orang yang terkenal.
Tetapi sayang ‘taqdir’ rupanya
lebih menghendaki ia menjadi seorang nelayan kampung. Penghasilannya hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jangankan berpikir menabung, untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari saja, ia gali lubang tutup lubang. Di selah-selah
lamunannya di kedai kopi dekat tepi sebuah pantai, Anton dikagetkan kedatangan
sahabat senasibnya Iwan.
‘Nggak melaut Ton?’ tanya Iwan
pada Anton.
‘Khayaknya Nggak, karena sepertinya
badai mau datang nich.’ Jawab Anton sambil menghisap sebatang rokok dan
menyeruput kopi panas. Diselah-selah guntur dan guyuran hujan mengiringi
obrolan lirih mereka seputar kejelekan dan kepahitan hidup. Obrolan itu
berakhir seiring dengan perginya malam bergantikan siang.
Cerita ini melukiskan sebagian
dari potret keseharian masyarakat Indonesia. Orang-orang yang tinggal di negeri
tropis memiliki hutan terindah di dunia, memiliki beribu-ribu pulau cantik yang
belum dimanfaatkan secara baik, memiliki laut yang beraneka ragam jenis flora
dan fauna yang hidup didasarnya. Hasil bumi Indonesia yang melimpah ruah antara
lain: tambang emas, timah, tembaga, kayu, buah-buahan, beraneka macam jenis bunga-bunga indah serta tanaman
obat-obatan.
Apabila kita mengamati prilaku
Anton dan Iwan yang terdapat dalam cerita diatas. Kita bisa mengenali mereka
dari isi pembicaraan mereka, sikap kegiatan dan cara berpikir mereka.
Mengisyaratkan bahwa mereka bagian dari orang-orang yang gagal. Orang yang
gagal adalah orang yang selalu berharap pertolongan orang lain tanpa pernah
berpikir untuk berdiri dibawah kaki sendiri. Apabila dia mengalami
keterpurukan, dia lebih suka menyalahkan orang lain daripada mencari penyebab
kegagalan tersebut. Dia memiliki tujuan jangka pendek, tidak memiliki kesabaran
menjalani proses hidup serta selalu berpikir negatif. Orang yang gagal itu
lebih banyak memikirkan tindakan daripada melakukan tindakan. Hampir setiap
saat ia selalu menyesali nasibnya, waktunya terbuang sia-sia, perkataan dan
tindakannya seringkali berujung pada pengkerdilan jati dirinya. Puncaknya tatkala mereka mulai menyadari bahwa perjalanan
hidupnya dipenuhi dengan cerita duka-lara yang tidak membahagiakan. Robert T
Kiyosaki menyebut orang-orang seperti
ini adalah orang-orang yang takut kalah dan tidak berani mengambil resiko.
Sehingga mereka lebih senang mempertahankan kualitas hidup rendahan.
Kita dapat mengenalinya:
- Mereka menjalani pekerjaan yang tidak berprospek.
- Mereka tetap tinggal di kota-kota di mana mereka tidak mempunyai masa depan.
- Mereka tetap berteman dengan orang-orang yang menghalangi kemajuan mereka.
Komaruddin Hidayat mendefenisikan, orang-orang yang gagal
adalah orang-orang yang kalah sebelum berusaha. Karena mereka gagal melihat
secara jernih terhadap hukum pertumbuhan dan tidak berpegang pada hukum
sebab-akibat. Mereka sangat mudah kehilangan visi dan energi hidupnya terkuras
untuk tujuan-tujuan jangka pendek yang bisa destruktif bagi diri dan orang
lain. Tanpa disadari, ada orang yang bekerja keras, menguras seluruh tenaga, pikiran
dan emosinya, tapi sesungguhnya yang dilakukan adalah menggali lubang kenistaan
bagi dirinya sendiri”.
Diperparah lagi pola hidup sebagian orang-orang yang
gagal itu, ciri-cirinya antara lain, suka meminta-minta, selalu mengharapkan
bantuan orang lain, serta cenderung suka berjudi dan mabuk-mabukan, malah yang
lebih memprihatinkan lagi adanya pandangan hidup bahwa segala sesuatu yang
berkaitan dengan rezeki seseorang menjadi sejahtera atau miskin sudah diatur
oleh Allah.
Nabi Muhammad, sangat menghargai orang-orang yang bekerja
keras dan orang yang memiliki pribadi pantang menyerah. Sebagaimana terdapat
dalam sebuah kisah yang diriwayatkan Sa’ad Al-Anshari, ia bercerita: bahwa pada
suatu hari seorang sahabat Nabi memperlihatkan tangannya yang hitam melepuh.
Ketika Nabi bertanya tentang hal ini, sahabat itu mengatakan bahwa tangannya
melepuh disebabkan dia bekerja keras menggali tanah dengan cangkulnya demi
mencari nafkah untuk keluarganya. Kemudian Nabi meraih tangan sahabat tersebut
dan Beliau mencium tangan sahabatnya yang hitam melepuh itu.
Islam agama yang dianut sebagian besar masyarakat
Indonesia sangat menganjurkan umatnya bekerja keras dan sungguh-sungguh agar
mereka dapat meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Dan Islam sangat
melarang umatnya bermalas-malasan, karena kemalasan akan menciptakan
kemiskinan. Sebagaimana diriwayatkan Thabrani, Rasulullah bersabda, “Apabila
kamu telah selesai mengerjakan sembahyang fajar (shalat shubuh) maka janganlah
kamu tidur lantaran malas mencari rezekimu.”
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah,
Rasulullah juga mengingatkan, “Siapa yang mencari dunia (rezeki) secara halal,
membanting tulang demi keluarga dan mencintai tetangganya dengan setulus hati,
maka pada hari kiamat kelak Allah akan membangkitkannya dengan wajah berbinar
layaknya rembulan pada bulan purnama.”
Bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan hidup
merupakan perintah agama. Maka tidaklah berlebihan, kalau suatu hari Umar Bin
Khattab mengusir orang-orang yang sedang berkumpul di dalam masjid- seraya
menyuruh mereka untuk bekerja. Beliau mengingatkan kepada mereka: ‘Bekerjalah
kalian, karena emas tidak turun dari langit.’
Semangat bekerja keras untuk meraih kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia serta akhirat juga dicontohkan Nabi Muhammad. Beliau
Ketika masih muda menjadi pengembala kambing kepada konglemerat Mekkah. Beliau
juga menjualkan barang dagangan milik Khadijah ke negeri Syam, yang kelak
menjadi pendamping hidup beliau. Bekerja tidak hanya anjuran Nabi Muhammad, namun
juga termasuk para Nabi pendahulunya.
Diantaranya Nabi Daud, beliau menciptakan beragam jenis
kerajinan tangan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Begitu juga Nabi
Zakaria, ia terkenal sebagai tukang kayu menurut keterangan Rasulullah, “adalah Zakaria sebagai tukang kayu”.
Tak kalah hebatnya Nabi Sulaiman, ia memiliki para pekerja dan penyelam yang hebat
untuk mengambil mutiara-mutiara yang tersimpan di dasar laut. Itulah sekelumit
gambaran para Nabi Allah, mereka tidak hanya menjadi hamba teladan dalam aspek
Ibadah, tetapi juga maksimal dalam berusaha.
Sikap hidup bekerja keras dan tidak mudah menyerah, telah
lama kita tinggalkan walhasil kita menjadi kuli di negeri sendiri. Seharusnya,
sikap hidup Umat Islam itu penuh dengan manfaat seperti pohon kelapa. Batangnya
dapat dijadikan jembatan, buahnya dapat dimakan, sabutnya bisa untuk sikat
mencuci, batoknya bisa menjadi arang pemanas, daunnya bisa menjadi sapu lidi,
bahkan janurnya pun bisa menjadi alat penghias pesta perkawinan. Begitulah
hendaknya prilaku Umat Islam bermanfaat untuk semua.
Post a Comment