Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
QS Al-Ahzâb (Golongan-Golongan) 33:21
Ketika
anda pertama kali hendak menuju ke suatu tempat yang belum pernah anda
kunjungi. Anda tentu mencari informasi tentang daerah atau tempat yang ingin
anda kunjungi tersebut. Hal itulah yang terjadi pada saya ketika pertama
kali memutuskan untuk berangkat ke ibu
kota bermaksud mengadu nasib dan mencari keberuntungan. Sebelum berangkat ke
ibu kota (Jakarta), saya menghubungi salah seorang sahabat yang sudah pernah
berangkat ke Jakarta. Saya meminta penjelasan kepadanya. Apa yang mesti saya
lakukan dan persiapkan? Saya juga meminta ia memberikan bantuan saat saya mendapat
kesulitan atau pun apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Begitu juga tatkala kita menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari.
Alangkah baiknya kalau kita bercermin kepada orang-orang yang lebih dulu
menjalani kehidupan ini. Kita bisa bercermin kepada mereka. Bagaimana menyikapi
dan mencari solusi dalam mengatasi problematika kehidupan. Robert T Kiyosaki
menganjurkan kita untuk mencari pembimbing dengan hati-hati dalam menata dan
mendaki puncak kemuliaan. Telitilah dalam memilih dan menentukan idola yang
menjadi panutan Anda dalam menemukan ‘cahaya penerang’ dalam kehidupan Anda.
Sebagai contoh sederhana, kalau Anda ingin menuju suatu tempat, lebih baik
mencari seseorang yang sudah pernah merambah jalan ke sana.
Allah Swt sangat menyadari akan hal ini, maka dari itulah Dia menyiapkan
tuntunan bagi manusia agar selamat dunia dan akhirat. Dengan menurunkan
al-Qur’an yang didalamnya terdapat berbagai macam cerita orang-orang yang telah
berhasil merambah jalan kehidupan. Serta bagaimana mereka mampu merengkuh
kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Sebaliknya al-Qur’an juga memuat kisah
orang-orang yang ingkar kepada tuntunan Allah Swt, serta bagaimana akhir tragis
kisah perjalanan hidup mereka.
How to
Raise a Moral
Kumpulan kisah-kisah orang-orang yang muflihun (manusia pilihan yang
sukses) diabadikan dalam salah satu nama surat dalam al-Qur’an yaitu al-Qashahs
(cerita-cerita). Cerita adalah salah satu metode pendidikan yang bertujuan
mengubah karakter seseorang agar ia mampu melejitkan potensi diri dan menyadari
kekurangannya. Seperti dikatakan Robert Coles yang saya baca dari buku C. Ramli
Bihar Anwar dalam bukunya The Moral
Intelligence of Children: How to Raise a Moral Child, disimpulkan bahwa
cerita adalah metode didaktif yang jauh lebih efesien ketimbang diskusi abstrak
tentang kebijaksanaan. Sebagai contoh; seseorang akan lebih cepat terharu,
tersentuh dan mudah menitikkan air mata dengan cerita “konkret” pergulatan
seseorang mencari kebijaksanaan ketimbang dengan diskusi abstrak tentang
kebijaksanaan: apa itu kebenaran, apa itu kejujuran, apa itu loyalitas, apa itu
keburukan, mungkinkah tanpa petunjuk Allah seseorang mengetahui kebaikan, dan
sebagainya.
Kebanyakan penulis buku-buku bestseller yang berkaitan dengan motivasi,
moral, kepemimpinan, menggunakan
penyampaian ‘pesan moral’ melalui metode cerita-cerita yang mengandung makna
positif thingking, kerja keras, komitmen, disiplin, bagaimana berbagi dengan
sesama dan karakter-karakter positif lainnya, sebagai media untuk menyampaikan
pesannya. Hampir semua penulis yang berkaitan dengan motivasi menggunakan
metode cerita sebagai media penyampaian pesannya, baik itu berasal dari penulis
buku bestseller Internasional maupun nasional diantaranya Zig Ziglar, Robert T
Kiyosaki, Daniel Goleman, Andrie Wongso, Ary Ginanjar Agustian, Dewi Minangsari
dan sederet nama besar lainnya.
Hal ini secara tidak langsung menyiratkan bahwa cerita-cerita yang mengajak
orang berbuat baik dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak bagi
perkembangan mind, body and soul
masih menjadi pilihan utama. Mungkin mengajarkan konsep moral melalui cerita
yang mengandung nilai positif masih dianggap lebih efektif untuk melejitkan
potensi diri guna menjadi pemenang abadi. Meminjam istilah Syafii Maarif
keteladanan.
Intinya adalah, Peradaban yang diperoleh anak manusia saat ini terkait erat
dengan jasa orang-orang sebelumnya. Dalam istilah Soekarno jangan lupakan Jas
Merah (maksudnya sejarah). Kita takkan pernah bisa mengetahui banyak hal
seperti saat ini tanpa peran orang-orang terdahulu. Berbagai macam temuan baru
yang dihasilkan oleh anak manusia saat ini, adalah sekedar melanjutkan misi
para pendahulunya. Itulah mengapa Albert Enstein pernah berkata: “Saya adalah
raksasa yang berdiri diantara banyak raksasa sebelum saya”. Para motivator seringkali
mengungkapkan: kita bukan menemukan tapi mendeteksi sesuatu yang sebelumnya
sudah dimulai oleh para pendahulu kita.
Berdasarkan hal itulah saya
menganjurkan Anda membaca dan meresapi sejarah orang-orang berhasil melewati
ujian hidup. Orang-orang yang berani bangkit setiap kali mengalami kegagalan
serta menyadari sepenuhnya bahwa manusia terlalu kecil dan angkuh untuk
sombong. Bahkan saat tidur pun kita tidak sanggup mengendalikan diri dan
menentukan apa yang ingin kita impikan. Tapi bukan berarti kemudian kita
berpangku tangan serta menyerah kalah kepada nasib. Justru dengan menyadari
keterbatasan yang kita miliki. Kita
berusaha terus-menerus mempersiapkan diri menjadi khalifah di muka bumi.
Dengan membaca sejarah orang-orang sukses, kita akan tahu bahwa kesuksesan
yang mereka raih bermula dari rangkaian kegagalan yang panjang. Sehingga ketika
seseorang memiliki keberanian untuk mencoba hal-hal baru, dia sudah
mempersiapkan diri menghadapi kegagalan dan kekecewaan. Kita tidak akan
berputus asa karena kita mempunyai pembimbing yang siap memandu menembus kabut
gelap menuju cahaya abadi. Banyak orang tidak pernah mengalami kegagalan karena
tidak pernah berani memulai. Rasa-rasanya kita sudah sering mendengar lebih
baik memulai kemudian gagal daripada tidak memulai namun tak pernah gagal.
Why We
Need to do passing over
Life is wonderful, begitu orang bijak menyimpulkan, maka dari itulah mari
kita jelajahi berbagai sudut dunia ini dengan bermodalkan petunjuk dari
kisah-kisah orang-orang sukses di dunia dan akhirat yang termaktub dalam kitab
suci al-Qur’an yang takkan tertandingi oleh siapapun, apa pun dan kapan pun.
Anda mungkin berpikir ini pembelaan sepihak terhadap al-Qur’an tapi itulah
yang saya alami. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya bisa bertahan
hidup dan menyelesaikan kuliah di UIN Jakarta, tanpa bantuan petunjuk
al-Qur’an. Kala Saya berada dalam kesedihan yang dalam saya berzikir dan
mengadu kepada Allah. Karena hanya Allah yang Maha baik itu tempat saya
mengeluh dan mengadu.
Kalau anda kurang yakin dan tidak percaya buktikan sendiri. Bandingkanlah
al-Qur’an dengan ajaran-ajaran paham lain, resapi dan praktikan dalam kehidupan
sehari-hari niscaya akan terasa sesuatu yang produk manusia dan Allah Swt.
Karena Saya sebagai mahasiswa rasanya sudah cukup kenyang membaca buku-buku
dari berbagai aliran filsafat, sosiologi, psikologi. Namun tidak selengkap,
seaktual dan sekomprehensif Wahyu Allah.
Sebagaimana yang dialami beberapa tokoh yang akrab dengan tokoh passing over dan coming
back ke islam. Seyyed Hossein Nasr, Ali Syariati, Harun Nasution, Nurcholis
Madjid, Kautsar Azhari Noer, mereka
berangkat dari Islam, lalu berwisata ke berbagai bentuk paham seperti
sekularisme, kapitalisme, imperialisme, materialisme, komunisme, tetapi akhirnya
kembali ke Islam.
Satu lagi tokoh perubahan 2005 versi Rebuplika, Ary Ginanjar
Agustian. Beliau berwisata spiritual berangkat dari Islam, lalu berwisata ke
berbagai pemahaman psikologi mutakhir. Beliau membaca buku paradigma EQ yang
dikonstruksikan oleh Goleman, buku dari Dana Zohar dan Ian Marshal: SQ: Connecting With Our Spiritual
Intelligence, dan banyak buku manajemen modern lainnya.
Namun akhirnya kembali ke kepemahaman Islam, dengan menghasilkan insight
baru yang terangkum dalam bukunya Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Berdasarkan 6 Rukun Iman
dan 5 Rukun Islam, Arga, Jakarta, 2001 menjadi buku bestseller sepanjang masa. Melalui
bukunya ini sebenarnya Ary menyiratkan pesan bahwa rukun iman dan islam yang
diperkenalkan oleh Nabi Muhammad pada masa 1400 tahun silam, jauh lebih
kompeten, geniune dan perfect bila dibandingkan dengan perkembangan pemikiran
psikologi barat saat ini.
Post a Comment