Sumber Gambar: https://belajarohbelajar.blogspot.co.id/2012/02/menulis-paragraf-persuasi-dan.html

Para ahli komunikasi seringkali menekankan bahwa para persuasi adalah kegiatan psikologis. Penegasan ini dimaksudkan untuk membedakan dengan koersi. Tujuan persuasi dan koersi sama, yakni untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Persuasi dilakukan dengan halus, luwes, dan mengandung sifat-sifat manusiawi, sedangkan koersi mengandung sifat-sifat memerintah atau memaksa. Bahkan, tidak jarang koersi juga menampilkan ancaman, penyuapan, pemerasan, boikot, atau hukuman (sanksi). Akibat dari koersi adalah perubahan sikap, pendapat, atau perilaku dengan perasaan terpaksa. Adanya paksaan ini menimbulkan rasa tidak senang, bahkan rasa benci, mungkin juga dendam. Sedangkan, akibat dari persuasi adalah timbulnya kesadaran, kerelaan, disertai perasaan senang.
Teknik Penataan Pesan
Pada pokoknya, teknik komunikasi yang dipergunakan dalam propaganda adalah teknik komunikasi persuasif. Menurut Willian Albig, sebagaimana dikutip Onong Uchjana Effendi, menata pesan komunikasi persuasif dalam bidang apapun, baik dalam dimensi komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, maupun komunikasi massa, dikenal beberapa teknik yang digunakan yaitu:
Integration Technique (Teknik Integarasi)
Teknik integarasi adalah kemampuan untuk menyatukan diri dengan mitra dialog saat berkomunikasi. Teknik ini kerap digunakan oleh diplomat untuk menggambarkan dirinya senasib dengan mitra dialognya. Contohnya, penggunaan kata “kita” bukan “saya” atau “kami”. “Kita berarti “saya dan anda,” yang mengandung makna bahwa yang diperjuangkan bukan kepentingan diri (negara) sendiri, melainkan juga kepentingan bersama sang mitra dialog (mitra negara).
Association Technique (Teknik Asosiasi)
Teknik asosiasi adalah penyajian pesan dengan jalan menyertakannya pada satu objek atau satu peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini banyak digunakan oleh orang-orang politik dan pelaku bisnis. Contohnya, ketika masalah penipuan sedang diperbicangkan, masalah korupsi pun sekaligus disertakan dalam perbincangan itu.

Pay-off Technique (Teknik Iming-Iming)
Teknik iming-iming (pay-off technique) adalah upaya memengaruhi orang lain dengan cara mengiming-iming hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan. Teknik ini sering dipertentangkan dengan teknik membangkitkan rasa takut (fear arousing), yakni suatu cara yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi buruk. Dengan kata lain, pay-off technique berupaya untuk menumbuhkan kegairahan emosional, sedangkan teknik fear arousing berupaya membangkitkan ketegangan emosional.
Ketegangan emosional yang berlebihan mengandung unsur negatif karena bila rasa takut itu tidak diimbangi dengan harapan-harapan, komunikan cenderung akan mengabaikan ancaman atau kekhawatiran yang berlebihan itu. Di antara kedua teknik tersebut, teknik pay-off lebih disukai karena berdaya positif dalam membangkitkan kegairahan emosional, bukan ketegangan emosional.
Icing Technique (Teknik Tataan)
Istilah icing (baca aising) berasal dari perkataan to ice, yang berarti menata kue yang baru dikeluarkan dari pembakaran dengan lapisan gula warna-warni. Kue yang tadinya tidak menarik itu menjadi indah sehingga memikat perhatian siapa saja yang melihatnya. Teknik tataan atau icing technique dalam artian persuasi ialan seni menata pesan dengan imbauan emosional (emosional appeal) sedemikian rupa sehingga menarik perhatian komunikan hingga terdorong untuk mencerna pesan. Pesan disusun sedemikian rupa, enak didengar atau enak dibaca sehingga komunikan termotivasi untuk menerima pesan-pesan sebagaimana disarankan.
Dalam persuasi, upaya menampilkan imbauan emosional dimaksudkan agar komunikan lebih tertarik dan terdorong hatinya, dengan tidak mengubah, menambah, dan mengurangi fakta pesannya sendiri. Dalam hal ini, komunikator (diplomat, retoris, atau orator) cukup mempertaruhkan kehormatannya sebagai pusat kepercayaan (source of credibility). Bila imbauan emosional yang diupayakan membuat fakta pesan cacat, ia bisa kehilangan kepercayaan yang tidak mudah untuk dibina kembali.
Red-herring Technique
Istilah red-herring sukar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Red herring adalah nama ikan yang hidup di Samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan keterampilannya dalam membuat gerak tipu ketika diburu oleh binatang lain atau oleh manusia.
Teknik red-herring adalah seni meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkan sedikit demi sedikit ke konsep yang lebih abstrak sehingga lawan kesulitan untuk memperoleh secara akurat gambaran yang dimaksud dalam pikiran, atau ke aspek yang lebih dikuasai untuk dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Teknik ini dikenal juga dengan sebutan teknik canalizing argument. Teknik ini sering digunakan diplomat saat berada dalam posisi terpojok atau terdesak dalam diskusi dan debat.
Propaganda yang paling berhasil adalah propaganda yang mampu mendorong orang banyak untuk beraksi atau sebaliknya memperkuat sesuatu yang tadinya sudah diyakini oleh kebanyakan orang sebagai kebenaran. Sementara itu, propaganda bisa dibilang gagal manakala propaganda tidak mampu menggerakkan orang banyak untuk memercayai kebenaran (gagasan) yang diusungnya, atau target propaganda menjadi enggan untuk mengikuti kebenaran yang sebelumnya telah diyakini.


Post a Comment

 
Top