“Dan barang siapa yang menaati Allah dan
Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.” (QS. an-Nisâ’ (perempuan) [4]: 69-70)
Ketika kita bermaksud pergi ke suatu
tempat yang belum pernah kita kunjungi, kita tentu mencari informasi tentang
daerah atau tempat yang ingin kita kunjungi tersebut. Hal itulah yang terjadi
pada saya ketika memutuskan untuk berangkat ke Jakarta bermaksud mengadu nasib
dan mencari keberuntungan. Sebelum berangkat ke Jakarta, saya menghubungi
salah seorang sahabat yang sudah tahu sedikit seluk beluk Jakarta. Saya
meminta penjelasan kepadanya, apa yang mesti saya lakukan dan persiapkan. Saya
juga meminta dia memberikan bantuan saat saya mendapat kesulitan atau pun
apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Begitu juga dalam menjalani aktivitas
kehidupan sehari-hari, alangkah baiknya kalau kita bercermin (belajar) pada
orang-orang yang lebih dahulu menjalani kehidupan ini. Kita bisa bercermin
(belajar) kepada mereka, bagaimana menyikapi dan mencari solusi terbaik dalam
mengatasi problematika kehidupan. Orang bijak mengatakan, “Telitilah dalam memilih
dan menentukan idola yang menjadi panutan hidup kita. Karena baik dan buruknya
kehidupan kita sangat dipengaruhi figur yang menjadi teladan kita.”
Di dalam
al-Qur’an terdapat beberapa kisah orang-orang yang telah berhasil merambah
jalan kehidupan. Kumpulan kisah-kisah orang-orang yang telah berhasil merambah
jalan kehidupan itu diabadikan dalam salah satu surat dalam al-Qur’an yaitu
al-Qashahs (cerita-cerita). Cerita adalah salah satu metode pendidikan yang
bertujuan mengubah karakter seseorang agar ia mampu menjadi manusia yang
memancarkan keindahannya. Seperti dikatakan Robert Coles, bahwa cerita adalah metode didaktif yang jauh
lebih efesien ketimbang diskusi abstrak tentang kebijaksanaan, karena
seseorang akan lebih cepat terharu, tersentuh dan mudah menitikkan air mata
dengan cerita nyata pergulatan seseorang mencari kebijaksanaan. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa cerita-cerita yang
mengajak orang berbuat baik dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak
perkembangan mind (pikiran), body (jasmani) dan soul (jiwa) tetap relevan
untuk menjadi acuan pendidikan moral.
Life is
wonderful, begitu orang bijak mengungkapkan. Maka dari itulah mari kita
jelajahi berbagai sudut dunia ini, dengan bermodalkan pelajaran dari kisah
orang-orang sukses di dunia dan akhirat yang tertulis dalam al-Qur’an. Sebuah
kitab suci yang takkan tertandingi oleh siapapun, apa pun dan kapan pun.
Kalau anda kurang yakin dan tidak percaya
Anda bisa membuktikannya sendiri. Bandingkanlah al-Qur’an dengan ajaran-ajaran
paham lain, resapi dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya akan
terasa perbedaan antara sesuatu bersumber dari Allah dan buatan manusia. Karena
rasanya saya sudah cukup banyak melahap buku-buku dari berbagai aliran
filsafat, sosiologi, psikologi, dan disiplin ilmu lainnya. Namun tidak
selengkap, seaktual dan sekomprehensif Wahyu Allah. Sebagaimana yang dialami
beberapa tokoh terkemuka Islam, mereka berwisata ke berbagai bentuk paham
seperti sekularisme, kapitalisme, imperialisme, materialisme, komunisme, tetapi
akhirnya kembali ke Islam dengan pemahaman dan penemuan baru yang sangat
bermanfaat untuk kecerdasan umat. Seperti Sayyed Hossein Nasr, Ali Syariati,
Fazlur Rahman, dan sederet nama besar lainnya.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzâb (Golongan-Golongan) [33]:21)
Post a Comment