Sumber: |
Pesan adalah muatan atau content komunikasi yang dikemas atau
dikonstruksi sebagai informasi, berita, isu dan lain sebagainya, yang bermuatan
politik dalam beragam bentuk, dan ditransformasikan kepada khalayak dengan
menggunakan media, baik media cetak, elektronik, dan online.
Pesan politik merupakan salah-satu unsur penting dalam
komunikasi politik. Pada hakikatnya, pesan adalah suatu informasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mencari
persamaan makna atau persepsi. Karena pada dasarnya pula, pesan biasanya
berisikan tentang gagasan atau ide manusia untuk disampaikan bahkan untuk
diperbincangkan dengan manusia lain.
Jenis-jenis Pesan Politik
Pada kenyataannya ada beberapa jenis pesan politik menurut
Dan Nimmo yaitu: Pertama, Retorika, menurut
dan nimmo, retorika adalah penggunaan seni berbahasa untuk berkomunikasi secara
persuasive dan efektif. retorika juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk
komunikasi dua arah, bisa dalam bentuk komunikasi antar personal atau dalam
bentuk komunikasi kelompok bahkan publik, yang tujuannya adalah untuk
mempengaruhi lawan bicara demi mempersamakan persepsi si komunikator.
Retorika adalah kelihaian dalam mengolah kata dalam bahasa
dimana retorika sangat diperlukan guna untuk alat kmunikasi secara prinsip,
retorika sendiri berlaku untuk kehidupan sehari-hari guna berkomunikasi dengan
obyek, perlunya retorika adalah maksud untuk mencapai sesuatu tujuan dari
istilah kata yang diungkapkan. Selain itu, retorika memiliki nilia kata
estetika yang murni dalam arti kata tidak ada unsur negatif biasanya istilah
retorika banyak yang menyimpulkan pada sesuatu kebohongan, kepalsuan, abstrak
serta banyak kelikuan dalam ungkapan sebuah perkataan, dalam istilah sederhana
retorika bisa di artikulasikan basa-basi, kelihaian dalam berbahasi menggunakan
istilah retorika akan lebih kongrit apabila sesuai dengan thema yang berlaku
dan bukan pada maksud negtif walaupun banyak yang menggunakan bahasa retorika
kearah yang demikian.
Banyak yang menjadikan retorika sebagai tameng dari kebongan
guna tercapainya maksud yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan nilai seni
yang mengarah pada keindahan, ini bukan pada retorika tetapi bisa disimpulkan
rekayasa, menghadapi bahasa retorika banyak orang yang tak paham dengan bahasa
tersebut namun pada hakikatnya adalah arah bahasa yang lebih kental unsur seni
(estetik), coba anda bayangkan atau mendengar seorang yang berpidato di tengah
banyak orang audiens itu semua menggunakan istilah retorika atai dilihat
dari pidato dalam sebuah estetika, atau melobi, juga saat ada
merayu dan melobi seseorang, retorika di situ sangat diperlukan contohnya kata sanjungan untuk gadis desa, kata lembut untuk wanita.
Intelektualitas seseorang bisa dilihat dari seseorang pada
saat menggunakan bahasa dan tutur kata pastinya dengan penuh retorika bahasa
yang nampak saat di kumandangkan dari ucapan,kata berasal dari lidah yang sama seperti orang
mengatakan retorika disini bisa dikatakan ada penilaian yang lebih tinggi dan
mengandung dialektika intelektualitas seni bahasa yang lebih dari para
pendengarnya atau dalam tulisan saat dibaca bisa tedapat pada sebuah teks
tulisan.
Kedua, iklan
Politik, pada dasarnya, iklan politik
hampir sama tujuannya dengan iklan komersial yaitu memperkenalkan sesuatu
dengan tujuan khalayak mau mempercayai untuk memilih produk tersebut. Sehingga
inti dari iklan politik adalah bagaimana caranya sebuah parpol dapat merekrut
suara terbanyak demi kepentingan kekuasaan golongan parpol itu sendiri.
Ketiga, propaganda,
salah satu bentuk komunikasi yang paling ekstrim dalam dunia politik adalah
propaganda. Karena pesan yang disampaikan dalam kegiatan ini bersifat terus
menerus demi menciptakan sebuah opini
public yang baru dan diharapkan menjadi kuat, sehingga dalam hal ini
khalayak dapat disetir oleh pemberitaan yang disampaikan oleh komunikator pesan
tersebut.
Bahasa Hiperbola Politisi
Hiperbola berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti
sesuatu yang berlebihan (lebay).
Penggunaan gabungan kata yang memang sengaja dilebih-lebihkan atau
dibesar-besarkan dari sisi jumlah, bentuk, ukuran adalah ciri khas pada majas
hiperbola. Dengan demikian, akan memberikan kesan pada fakta yang sedang
diutarakan lebih mendalam dan mendapat perhatian dari lawan bicara.
Hal inilah kenapa majas hiperbola digolongkan ke dalam majas
pertentangan (majas konflik) hal ini dalam majas hierbola menggunkan kata yang
memiliki makna kata yang berbeda dengan kata yang sesungguhnya. Pengunaan kata
ini bermaksud untuk menguatkan atau menghebatkan kesan makna kata yang
sesungguhnya. Majas hiperbola sering digunakanan dalam ceramah, pidato,
nasehat, ungkapan kagum, syair, dan sering juga dalam percakapan sehari-hari.
Berikut akan diuraikan contoh-contoh penggunaan majas hiperbola dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh Hiperbola Politisi
Aku akan
terus berjuang sampai tetes darah terakhir untuk mencari keadilan.
Harga-harga
kebutuhan pokok semakin melambung namun tidak diimbangi dengan kesejahteraan
rakyat. Disitu kadang saya merasa sedih.
Implikasi Komunikasi Politik Nonverbal
Kehadiran
simbol-simbol, berupa bendera, baliho,
posko, dan juga massa menjadi jauh
lebih penting daripada ide atau pemikiran yang disampaikan. Forum diskusi
menjadi tidak menjadi tidak begitu penting sebagai sarana komunikasi politik,
apalagi perdebatan politik antar-elite, yang acapkali dianggap tidak cocok
secara kultural.
Komunikasi
nonverbal sendiri kebepradaannya sangat akrab dengan budaya masyarakat
Indonesia. Peribahasa diam itu emas, tong
kosong nyaring bunyinya, air beriak tanda tak dalam- menyiratkan lebih
menghargai bahasa nonverbal dibandingkan kecakapan bahasa lisan dalam
komunikasi.
Tentunya,
budaya high context culture ini tidak
sesuai dengan tuntutan demokrasi modern yang lebih banyak menuntut pentingnya argumentasi, dialog, hingga perdebatan.
Demokrasi sangat menghargai pentingnya bahasa verbal sarat informasi dan
pengetahuan.
Membangun Pesan Verbal yang Produktif
Sudah saatnya elit politik dan media massa menyosialisasikan
pentingnya komunikasi verbal sebagai bentuk komunikasi politik yang demokratis.
Politics is talk, demikian Mark
Roeloef mengemukakan (Nimmo, 1993:73). Sebenarnya dalam konsepsi modern itu
politik adalah pembicaraan. Konflik kepentingan dan berbagai pertentangan lain
diturunkan dan diselesaikan melalui pembicaraan, apakah itu berupa negosiasi, dialog, lobi, perdebatan, ataupun
kesepakatan, kesemuanya merupakan bentuk daripada pembicaraan.
Dengan demikian, kemampuan orang untuk bicara dalam proses
politik menjadi sangat penting. Semua persoalan politik, apakah itu pada waktu kampanye, di parlemen, parpol,
pemerintahan atau di mana saja memerlukan apa yang disebut dengan pembicaraan.
Untuk itu tentu saja communication skill
menjadi sangat penting, termasuk dalam hal kemampuan untuk mendengarkan
tentunya. Dan bukan sebaliknya, bahwa kemampuan verbal elite politik justru
dicurigai.
Peran Media Massa
Bagi media massa, tugas mereka adalah menyosialisasikan
pentingnya politik melalui pembicaraan. Apakah itu berupa yang namanya
perdebatan, negosiasi, ataupun kompromi dan lobi politi.
Kemampuan media mengungkap komunikasi politik verbal
masyarakat berarti memberikan pula pemenuhan atas people rigth to know, apa yang sesungguhnya terjadi, sekaligus
menjadikan media sebagai wahana diskusi masyarakat.
Daftar Pustakan
Abraham,
Kathleen S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press,
1977.
Agee, Warren K, Phillp H. Ault
and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper
and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process
of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt,
Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern,
Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human
Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s Press, 1980.
Cangara, Hafied. Ilmu
Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
Nimmo Dan, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Subiakto Henry dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi,
Jakarta: Prenada Group, 2014.
Internet
Post a Comment