Sumber Gambar: http://www.republika.co.id/ |
Oleh: Muslimin
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberkahan bermakna bertambahnya suatu kebaikan. Keberkahan itu tidak berkaitan langsung dengan banyaknya harta yang dimiliki seseorang tetapi lebih kepada kegunaan, fungsi, dan manfaat harta itu sendiri. Seperti yang diriwayatkan Jabir RA ketika ia dan para sahabat lainnya sedang menggali parit di Khandaq.
Mereka mendapati sebongkah batu besar yang sulit dihan curkan. Kemudian, para sahabat menghadap Nabi SA W, dan mengeluh bahwa sebongkah batu menghambat ke lancar an mereka menggali parit di Khandaq.
Nabi SAW berujar, Biarlah aku yang turun menghancurkan batu itu. Beliau kemudian bangkit dengan kondisi perut yang diganjal batu. Karena menahan lapar, sebab Nabi SAW, Jabir, dan para sahabat lainnya belum makan apa pun selama tiga hari. Nabi SAW segera mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu tersebut sampai hancur.
Menyaksikan situasi itu, Jabir memohon izin kepada Rasulullah, Ya Rasulullah, izinkanlah aku pulang sebentar. Rasulullah mengizinkan Jabir pulang. Sesampainya di rumah, Jabir bertanya pada istrinya.
Istriku, apakah ada makanan yang kita miliki? Sang istri menjawab, Ya kita memiliki gandum dan seekor anak kambing. Kemudian Jabir menyembelih anak kambing dan menumbuk gandum itu. Sesudah itu, ia memasak daging anak kambing dalam periuk dan memasak gandum dalam pembakaran roti.
Setelah semuanya dirasa siap, Jabir kembali ke tempat Nabi SAW dan para sahabat lainnya. Ya Rasulullah, aku memiliki sedikit makanan di rumah. Jika engkau berkenan datanglah ke rumahku bersama beberapa orang sahabat. Berapa banyak makananmu itu? tanya Rasulullah.
Setelah Jabir menjelaskan jumlah makanan yang ada di rumahnya. Nabi SAW berujar, Makanan itu cukup banyak. Katakan kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu juga jangan dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana.
Nabi SAW kemudian memanggil kaum Muhajirin dan Anshar, Wahai kalian semua penggali parit di Khandaq, mari kita semua ke rumah Jabir. Sebab ia telah menyiapkan santapan yang besar untuk kita semua. Ketika Jabir tiba di rumahnya. Dia menjelaskan pada istrinya bahwa Nabi SAW akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Istri Jabir bertanya, Apakah Nabi SAW menanyakan berapa banyak makanan kita? Jawab Jabir, Ya. Istri Jabir berkata, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Nabi SAW datang ke rumah Jabir kemudian memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk masuk ke rumah Jabir. Nabi SAW memotong-motong roti dan mencampurkan roti itu dengan daging dan kuah di periuk.
Beliau kemudian mendekatkan hidangan itu kepada para sahabat. Sedangkan beliau, tetap memotong-motong roti itu dan dalam waktu yang bersamaan para sahabat makan dengan puas sampai kenyang.
Mereka semuanya kenyang, sedangkan roti dan kuah itu masih tetap tersisa. Beliau berkata, Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena saat ini, sedang terjadi musim paceklik. Jabir menuturkan, Aku bersum pah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkan rumah kami.
Sedangkan da ging di dalam periuk masih tetap utuh, demikian pula roti kami. Keberkahan hidangan yang dipersiapkan Jabir dan istrinya untuk Nabi SAW, sahabat Muhajirin, dan Anshar lebih disebabkan karena mereka menghiasi diri dengan keimanan, ketakwaan, dan keikhlasan dalam berusaha. Termasuk keikhlasan para sahabat Nabi SAW menggali parit di Khandaq.
Nabi SAW berujar, Biarlah aku yang turun menghancurkan batu itu. Beliau kemudian bangkit dengan kondisi perut yang diganjal batu. Karena menahan lapar, sebab Nabi SAW, Jabir, dan para sahabat lainnya belum makan apa pun selama tiga hari. Nabi SAW segera mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu tersebut sampai hancur.
Menyaksikan situasi itu, Jabir memohon izin kepada Rasulullah, Ya Rasulullah, izinkanlah aku pulang sebentar. Rasulullah mengizinkan Jabir pulang. Sesampainya di rumah, Jabir bertanya pada istrinya.
Istriku, apakah ada makanan yang kita miliki? Sang istri menjawab, Ya kita memiliki gandum dan seekor anak kambing. Kemudian Jabir menyembelih anak kambing dan menumbuk gandum itu. Sesudah itu, ia memasak daging anak kambing dalam periuk dan memasak gandum dalam pembakaran roti.
Setelah semuanya dirasa siap, Jabir kembali ke tempat Nabi SAW dan para sahabat lainnya. Ya Rasulullah, aku memiliki sedikit makanan di rumah. Jika engkau berkenan datanglah ke rumahku bersama beberapa orang sahabat. Berapa banyak makananmu itu? tanya Rasulullah.
Setelah Jabir menjelaskan jumlah makanan yang ada di rumahnya. Nabi SAW berujar, Makanan itu cukup banyak. Katakan kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu juga jangan dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana.
Nabi SAW kemudian memanggil kaum Muhajirin dan Anshar, Wahai kalian semua penggali parit di Khandaq, mari kita semua ke rumah Jabir. Sebab ia telah menyiapkan santapan yang besar untuk kita semua. Ketika Jabir tiba di rumahnya. Dia menjelaskan pada istrinya bahwa Nabi SAW akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Istri Jabir bertanya, Apakah Nabi SAW menanyakan berapa banyak makanan kita? Jawab Jabir, Ya. Istri Jabir berkata, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Nabi SAW datang ke rumah Jabir kemudian memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk masuk ke rumah Jabir. Nabi SAW memotong-motong roti dan mencampurkan roti itu dengan daging dan kuah di periuk.
Beliau kemudian mendekatkan hidangan itu kepada para sahabat. Sedangkan beliau, tetap memotong-motong roti itu dan dalam waktu yang bersamaan para sahabat makan dengan puas sampai kenyang.
Mereka semuanya kenyang, sedangkan roti dan kuah itu masih tetap tersisa. Beliau berkata, Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena saat ini, sedang terjadi musim paceklik. Jabir menuturkan, Aku bersum pah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkan rumah kami.
Sedangkan da ging di dalam periuk masih tetap utuh, demikian pula roti kami. Keberkahan hidangan yang dipersiapkan Jabir dan istrinya untuk Nabi SAW, sahabat Muhajirin, dan Anshar lebih disebabkan karena mereka menghiasi diri dengan keimanan, ketakwaan, dan keikhlasan dalam berusaha. Termasuk keikhlasan para sahabat Nabi SAW menggali parit di Khandaq.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/17/02/04/okubyq313-makna-keberkahan
Post a Comment