Setiap propagandis atau pemimpin
propaganda menghendaki agar propaganda yang dilancarkan berhasil
menghantarkannya mencapai tujuan. Oleh karena itu, propaganda harus dilakukan
dengan metode yang tepat dan teknik yang baik, sesuai dengan kondisi medan dan
target yang hendak dituju. Untuk membuat propaganda berhasil, seluruh komponen
propaganda perlu dilibatkan dan kelola secara cermat, termasuk melibatkan
pertimbangan artistik sehingga berfungsi secara maksimal. Untuk melancarkan
propaganda, berikut ini sejumlah metode yang dapat dipilih.
Metode
Koersif
Propaganda berawal dari pengetahuan
tentang hal-hal yang menakutkan massa yang akan dijadikan targetnya. Kemudian
propagandis mengemas pesan yang sesuai dan menentukan cara-cara yang dapat
menimbulkan rasa ketakutan. Selanjutnya, propaganda dilontarkan kepada massa
hingga massa yang terterpa menjadi tidak sadar untuk bertindak sesuai keinginan
sang propagandis.
Metode
Persuasif
Propaganda dilancarkan dengan
memerhatikan seni membujuk massa sehingga dalam diri mereka timbul kemauan
secara sukarela dan seketika bersedia bertindak sesuai dengan keinginan
propagandis.
Metode
Pervasif
Propaganda dilakukan dengan
menghujamkan pesan ke dalam lubuk hati target secara berulang-ulang dan terus
menerus sampai mereka bersedia melakukan peniruan (imitasi) atau melakukan
tindakan sesuai yang diinginkan sang propagandis.
Metode
Fasilitatif
Propaganda dipersiapkan secara
lebih seksama, mempertimbangkan ketepan media massa yang hendak digunakan untuk
menyebarkan propaganda kepaga target sehingga mereka terpengaruh dan secara
sadar menerima dan bersedia bertindak sesuai yang diharapkan.
Teknik
dalam Propaganda
Name
Calling (Penjulukan)
Dalam teknik ini, propaganda
memberikan label buruk kepada seseorang, lembaga, atau gagasan dengan simbol
emosional (negatif) dalam propagandanya. Begitu terkena terpaan propaganda ini,
target propaganda diharapkan akan menolak atau mengutuk orang atau lembaga yang
dituju atau idenya tanpa harus melihat fakta dan tanpa perlu memeriksa atau
mencari bukti lagi.
Dengan demikian, propagandis
melancarkan semacam stereotip kepada targetnya. Dengan teknik ini, propagandis
bermaksud menjatuhkan seseorang, atau suatu konsep, istilah, dan ideologi
tertentu. Pada era Orde Baru, penguasa memberi kesan PKI pada penduduk desa
tertentu sehingga berakibat penduduk tersebut ditangkap karena menganut
ideologi yang dilarang. Pada era reformasi sekarang ini, label teroris kerap
digunakan pada orang-orang yang anti-Amerika untuk ditahan atau dibunuh karena
pemerintah yang pro-Amerika menganggap mereka membahayakan keamanan negara.
Glittering
Generality (Kemilau Generalitas)
Dalam komunikasi, seperti tampak
pada percakapan, biasanya hal-hal umum dipaparkan begitu saja sehingga detail
yang sebenarnya penting kurang diperhatikan. Hampir sama seperti itu, dalam
teknik kemilau generalitas kata-kata muluk, kata yang bermakna sangat baik
ditonjolkan. Teknik ini menghubungkan sesuatu dengan kata yang sangat baik
untuk membuat target propaganda merasa senang sehingga bersedia menerima dan
menyetujui ide yang ditawarkan secara mentah-mentah. Teknik ini digunakan untuk
membuat sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal-hal baik yang
disuka kebanyakan orang, seperti keharuman, kekuatan, kelebihan, kebebasan,
keadilan, dan demokrasi. Dalam propaganda perdagangan, kita menemukan iklan
Harian Kompas, “Buka Kompas Buka Mata Hati, dan iklan Harian Republika,
Republika Pegangan Kebenaran.”
Kemilau generalitas merupakan
kebalikan dari pemberian julukan buruk. Teknik kemilau generalitas menggunakan
kata-kata yang memiliki kekuatan positif untuk membuat massa setuju, menerima
dan mendukung tanpa memeriksa bukti-bukti. Contoh kata-kata yang biasanya
digunakan dalam taknik ini, antara lain:
Pertama, kata sifat: aktif,
konstruktif, adil, jujur, tulus, ikhlas, terus-terang, peduli, percaya diri,
manusiawi, inisiatif, berharga, pro (mendukung), produktif, visioner, sejati,
tekun, ulet, benar, dan sebagainya. Kedua, kata benda: akal sehat, tantangan
menarik, warisan berharga, kebebasan, perubahan, pilihan, komitmen, prinsip,
perdamaian, kontrol, keberanian, kewajiban, kebebasan, moralitas,
kesejahteraan, kebanggaan, kekuatan, keberhasilan, dan sebagainya. Ketiga, kata
kerja: bersaing, memberdayakan, kerja keras, suka membantu, membimbing, belajar
tekun, merawat, bersabar, merintis, memelihara, melindungi, memberi,
memperbaiki, berbagi, dan sebagainya.
Dalam praktik, bisa kita lihat
sejumlah contoh, misalnya pernyataan Presiden George W Bush, “Rakyat Amerika
mencintai kebebasan.” Seorang ulama menyatakan, “Islam mengajarkan toleransi,
kasih sayang, dan perdamaian.” Begitu juga istilah dunia bebas (free wolrd) adalah generalitas favorit
propagandis Barat, sedangkan istilah solidaritas sosialis digunakan kaum
komunis untuk menggambarkan hubungan kompleks di antara negara dan partai
komunis. Sementara itu, jiwa Afrika (the African soul) diharapkan pencetusnya
untuk menciptakan citra kekuatan dan persatuan bangsa-bangsa Afrika.
Transfer
(Pengalihan)
Transfer (pengalihan) merupakan
visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak.
Sebagai contoh, para politikus memajang foto di ruang kerjanya. Foto itu
menggambarkan saat ia sedang bersalaman dengan presiden. Hal ini dimaksudkan
untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya.
Teknik ini membawa otoritas,
dukungan, gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung pada sesuatu yang
lain agar lebih dapat diterima. Teknik pengalihan adalah suatu teknik untuk
menjadikan orang, produk, atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang
memunyai kredibilitas baik atau buruk. Teknik pengalihan digunakan propagandis untuk
mengalihkan otoritas, gengsi, dan prestise sesuatu yang dihargai dan dihormati
kepada sesuatu yang dia inginkan agar massa menerimanya.
Testimony
(Kesaksian)
Teknik tersimony (kesaksian)
digunakan untuk meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan
dan memperkuat tindakannya dengan pengakuan atau kesaksian orang tersebut.
Teknik ini memberi kesempatan kepada orang-orang yang mengagumi atau membenci
untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan, program, produk, seseorang itu baik atau
buruk. Kesaksian adalah salah satu teknik propaganda yang paling umum digunakan
dengan menampilkan seseorang yang bersaksi untuk mempromosikan produk tertentu,
ide tertentu. Terkadang dalam kesaksiaannya, orang yang sama menjelek-jelekkan
produk atau ide yang lain.
Plain
Folk (Rakyat Biasa)
Teknik plain folk merupakan salah
satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk menunjukkan bahwa sang
propagandis rendah hati dan memunyai empati dengan penduduk pada umumnya.
Teknik ini mengenalkan motif tulus seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan atau sosial politik. Dengan menggunakan teknik ini, para
propagandis berupaya meyakinkan khalayak bahwa gagasan mereka berkaitan dengan
keseharian rakyat biasa atau orang awam. Mengapa teknik ini digunakan? Para
propagandis sadar bahwa kepentingan mereka akan terhambat jika mereka tampak
khalayak sebagai orang asing. Oleh sebab itu, mereka berupaya
mengidentifikasikan diri dengan citra rakyat biasa untuk menciptakan kesan
kedekatan dengan nilai dan gaya hidup target propaganda. Dalam hal ini,
biasanya propagandis memilih kata-kata slang atau dialek, idiom, dan aksen
lokal dalam propagandanya.
Card
Stacking (Menimbang-nimbang Kartu untuk Digunakan)
Teknik card stacking adalah suatu
teknik pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau
penyimpangan, serta pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus
terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang atau produk. Teknik
ini memilih argumen atau bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal
lain yang tidak mendukung posisi itu. Argumen-argumen yang dipilih bisa benar
atau salah, yang terpenting adalah massa bersedia menerima argumen tersebut.
Hampir semua propagandis- ketika menggunakan sebuah teknik propaganda- bergantung
pada pemilihan fakta meskipun isi faktanya jarang sangat spesifik. Ketika
presentasi kepada target yang telah ditentukannya, propagandis hanya
menggunakan fakta-fakta yang tersedia yang bisa digunakan untuk pembuktian.
Teknik card stacking ini pernah
digunakan Presiden George W Bush ketika AS dengan dukungan sekutunya hendak
melancarkan agresi terhadap Irak dan menggulingkan Presiden Saddam Hussein.
George W Bush melancarkan kampanye yang menggembar-gemborkan Irak mengembangkan
senjata nuklir. Argumen ini dijadikan sebagai dasar untuk melancarkan serangan
terhadap Irak. Padahal, itu adalah kebohongan belaka. Tidak pernah terbukti
bahwa Irak memiliki senjata nuklir.
Frustration
or Scapegoat (Menutupi Frustasi atau Kambing Hitam)
Salam satu cara mudah untuk
menciptakan kebencian atau menyalurkan frustasi adalah menciptakan kambing
hitam. Rezim-rezim revolusioner- yang berhadapan dengan ketidakpastian ekonomi
dan sosial di dalam negerinya serta mengetahui frustasi rakyat- sering
menciptakan hantu internal atas eksternal untuk menyalurkan penderitaan rakyat.
Salah satu contoh populer adalah propagada yang diciptakan Hitler bahwa
timbulnya berbagai masalah dalam negeri dan luar negeri Jerman disebabkan
perilaku Zionis Yahudi. Bahaya Yahudi disamakan dengan bahaya komunis yang
merongrong pilar-pilar kekuatan negara.
Banwagon
(Seruan Mengikuti Pihak Mayoritas)
Teknik banwagon adalah teknik
penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan, gagasan,
atau produk diinginkan oleh banyak orang atau memunyai dukungan luas tidak
dinyatakan secara spesifik. Teknik ini berupaya memainkan perasaan khalayak
atau massa agar sesuai dengan yang dikehendaki propagandis. Teknik ini mirip
teknik testimoni, namun cara yang digunakan untuk menarik perhatian massa
adalah dengan lebih dahulu membentuk kelompok dan melancarkan imbauan.
Contoh penggunaan teknik bandwagon,
misalnya, “Jutaan orang mendukung program reboisasi”, “Lihatlah, semua orang
menolak rencana itu.” Contoh lainnya, propagandis komunias sering menggunakan
ungkapan, “Seluruh dunia tahu bahwa...”
Fear
Arousing (Membangkitkan Ketakutan)
Teknik fear
arousing adalah cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa
dengan menimbulkan emosi negatif, khususnya ketakutan. Agar massa merasa takut
dan bersedia mengikuti kehendaknya, propagandis menciptakan semacam ‘hantu’.
Penerapan teknik fear arousing dapat
kita temukan ketika kita menyaksikan suasana kita temukan ketika kita
menyaksikan suasana atau kondisi yang rentan permainan gugahan emosional.
Sebagai contoh misalnya, dipenuhi mahasiswa mondar-mandir yang hendak melakukan
kerusuhan.” Contoh lainnya, “Skuadron udara Israel sedang bersiap untuk
menghancurkan wilayah pemukiman Palestina.” “Rusia mengancam akan meluncurkan
rudalnya ke arah Amerika.”
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Kathleen S.
Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip H. Ault
and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper
and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process
of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt,
Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern,
Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human
Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s
Press, 1980.
Byrnees, Francis. C.
Communication (Reading Material). The International Rice Research
Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu
Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan
Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Nurudin, Komunikasi Propaganda, Bandung: Rosdakarya, 2001
Ruslan, Rosady, Manajemen Public
Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Shoelhi, Mohammad, Propaganda dalam Komunikasi Internasional,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media,
Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Post a Comment