Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (vestehen)
secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori
dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya,
sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya.
Beberapa pakar yang membahas filsafat komunikasi
diantaranya, Richard L. Lanigan dalam karyanya yang berjudul "Communication
Models in Philosophy", Stephen Littlejohn yang menulis karya berjudul
"Philosophical Issues in the study of Communication", dan Whitney
R. Mundt dalam karyanya yang berjudul "Global Media Philosophies".
B. MANUSIA SEBAGAI
PELAKU KOMUNIKASI
1. Pelik-pelik
Manusia
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia berarti makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain).
2. Paham-paham
Mengenai Manusia
Menurut Prof. Drijarkara dalam filsafat ada beberapa aliran atau paham
mengenai manusia, antara lain paham materialisme (paham kebendaan atau
materi), paham idealisme (paham yang berpusat pada pola pikir manusia),
dan paham eksistensialisme (cara manusia berada di dunia).
3. Ethos Komunikator
Sejak
zaman Yunani Purba tatkala komunikasi masih berkisar pada komunikasi lisan yang
waktu itu dinamakan retorika ditekankan kepada para komunikator yang dalam
retorika disebut orator atau rhetor agar mereka melengkapi diri dengan ethos
(sumber kepercayaan), pathos (imbauan emosional), dan logos
(imbauan logis).
Komponen-kompanen ethos adalah competence
(kemampuan), integrity (kejujuran), dan good will (tenggang
rasa). Sedangkan faktor-faktor pendukung ethos adalah persiapan, kesungguhan,
ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan.
4. Komunikator
Humanistik
Komunikator Humanistik adalah diri seseorang yang unik
dan otonom, dengan proses mental mencari informasi secara aktif, yang sadar
akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat, memiliki kebebasan memilih,
dan bertanggung jawab. Sedangkan ciri-ciri komunikator humanistik adalah
berpribadi, unik, aktif, sadar diri, dan keterlibatan sosial.
C. PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN KOMUNIKASI
1. Intesitas
Berpikir
Berpikir
dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas
yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian (Huijbers:
1986. 116).
Fungsi
berpikir menyangkut dua aspek yang penting dalam diri manusia yang dinamakan
"wissen" atau mengetahui dan seperti telah disinggung tadi
"vestehen" atau mengerti atau memahami secara mendalam.
Dalam
kehidupannya manusia sebagai makhluk sosial berpikir mengenai realitas sosial
yang dalam prosesnya berlangsung secara horizontal atau berpikir secara sensitivo-rasional
dan secara vertikal atau berpikir secara metarasional.
2. Sistematika
Berpikir
Sistematika berpikir berdasarkan karya tulis dr. Marselo
Donoseputro adalah berpikir deduktif (deductive thinking), berpikir
induktif (inductive thinking), berpikir memecahkan masalah (problem
solving thinking), berpikir kausatif (causative thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), dan berpikir filsafati (philosophical
thinking).
3. Pertimbangan
Nilai
Pertimbangan nilai (value judgement) dilakukan
seorang komunikator di saat mengemas pikirannya dengan bahasa dalam ideasi,
sesaat sebelum suatu pesan ditransmisikan kepada komunikan.
a) Pengertian nilai
Nilai
adalah pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan
tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu.
b) Ciri nilai
Ciri-ciri
nilai antara lain, Pertama, nilai adalah amat umum dan abstrak, yakni
standar-standar preverensi atau pilihan yang luas. Kedua nilai
konseptual, tidak konkret; harus disimpulkan dari apa yang dikatakan atau
dilakukan khalayak. Ketiga, nilai menunjukkan dimensi
"keharusan", dalam pengertian mempengaruhi pendekatan pribadi
terhadap suatu objek dalam hubungannya dengan perilaku yang dibimbing moral. Keempat,
nilai menunjukkan perbedaan antar nilai sosial yang mempengaruhi dengan nilai
pribadi yang khas. Kelima, nilai menunjukkan ketidakajegan. Keenam,
nilai bersifat mapan.
c) Nilai logika,
etika, dan estetika dalam komunikasi
1) Logika
Logika
oleh Summer didefinisikan sebagai "ilmu pengetahuan tentang karya-karya
akal budi untuk melakukan pembimbingan menuju kebenaran". Dengan memahami
logika, seorang komunikator setidak-tidaknya tidak akan terjerumus ke dalam
jurang kekeliruan, kesesatan, dan kesalahan, yang oleh Francis Bacon dalam
bukunya yang terkenal "novum organum" diklasifikasikan sebagai
berikut:
-
The idols
of the cave, yaitu kekeliruan
disebabkan pemikiran yang sempit, bagaikan katak di bawah tempurung, yang tidak
mampu melihat cakrawala yang luas.
-
The idols
of the tribe, yakni kesesatan
yang disebabkan oleh hakikat manusia secara individual yang merasa dirinya dari
suku tertentu, bangsa tertentu, atau ras tertentu.
-
The idols
of th forum, yaitu kesalahan
disebabkan kurangnya penguasaan bahasa, yang pada gilirannya kurangnya
kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan
kebenaran.
-
The idols
of the market place, yakni kekeliruan yang dilakukan seseorang karena
terlalu tegar dalam mengidentifikasikan dirinya kepada adat, kebiasaan dan
norma-norma sosial.
2. Etika
Andersen
mendefinisikan etika sebagai berikut: suatu studi tentang nilai-nilai dan
landasan bagi penerapannya. Ini bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai apa itu kebaikan atau keburukan dan bagaimana seharusnya. Sedangkan
menurut pendapat Dr. Franz von Magnis mengenai pengertian etika itu yang
dipaparkan dalam bukunya "Etika Umum". Ia mengatakan bahwa etika
adalah penyelidikan filsafat tentang bidang mengenai kewajiban-kewajiban
manusia serta tentang yang baik dan buruk. Oleh karena itu, etika didefinisikan
olehnya sebagai filsafat moral, filsafat tentang praxis manusia. Jelasnya etika
tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia harus bertindak
(von Magnis, 1984: 13).
3. Estetika
Estetika
dapat didefiniskan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola,
pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari
unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
D. KOMUNIKASI
SEBAGAI PROSES INTERAKSI SIMBOLIK
Joel
M. Charon dalam bukunya "Symbolic Interactionism"
mendefinisikan interaksi sebagai "aksi sosial bersama,
individu-individu berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan
dengan mengorientasikan kegiatannya kepada dirinya masing-masing"
Banyak
pakar yang memberikan dasar dan yang mengembangkan interaksionisme simbolik,
diantaranya adalah George Herbert Mead dan Herbert Blumer.
George
Herbert Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena
pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan
dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya,
menerangkan asal mulanya dan meramalkannya.
Herbert
Blumer mengawali pemikirannya mengenai interaksi simbolik dengan tiga dasar
pemikiran penting sebagai berikut:
a.
Manusia
berprilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki hal-hal tersebut
baginya.
b.
Makna hal-hal
itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang pernah dilakukan
dengan orang lain.
c.
Makna-makna
itu dikelola dalam, dan diubah melalui, proses penafsiran yang dipergunakan
oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang dijumpainya.
E. TELAAH FILSAFATI TERHADAP TEKNOLOGI MEDIA KOMUNIKASI
Proses komunikasi perlu dikaji dalam perspektif
psikologis ketika proses berlangsung dalam diri komunikator dan komunikan (encoding,
decoding) dan perspektif mekanistis yang bersifat sosiologis di saat
pesan ditransmisikan oleh komunikator melalui salah satu inderanya atau
kadang-kadang dua indera secara bersama-sama.
Dalam sejarah ilmu
pengetahuan terjadi empat kali revolusi sebagai berikut:
- Revolusi pertama
Revolusi
ini membuka era bagi penelitian mendalam mengenai gaya grafitasi dan penelitian
tentang dinamika gerakan benda-benda.
- Revolusi kedua
Era
ini lebih memusatkan pada sifat-sifat kelistrikan dan kemagnitan benda sebagai
keseluruhan, dan juga mengenai sifat-sifat radiasi.
- Revolusi ketiga
Era
ini dimulai pada awal abad ini dengan diketemukannya sifat kuantum cahaya oleh
Max Planc.
- Revolusi keempat
Revolusi
fisika keempat ini dimulai tahun 1938 dengan ditemukannya suatu tipe materi
baru yang oleh Anderson disebut partikel.
1.
Ambivalensi
teknologi media komunikasi
Jika
kita simak pengertian teknologi atau dalam bahasa Inggris "technology",
ternyata bahwa secara harfiah berasal dari bahasa Yunani "technologia"
yang berarti perlakuan sistematis (systematic treatment) dan secara
maknawi berasal dari istilah "techno" yang berarti teknik,
seni, atau keterampilan, dan "logos" yang berarti
"ilmu". Jadi makna dari teknologi itu adalah ilmu tentang seni atau
keterampilan.
Pengaruh
revolusi fisika terhadap revolusi komunikasi yang menurut Everell Rogers dalam
bukunya "Communication Technology" terdiri dari empat era adalah era
komunikasi tulisan (the writing era of communication), era percetakan (the
printing era of communication), era telekomunikasi (telecommunication
era), dan era komunikasi interaktif (interactive communication).
2.
Pemikiran
Jacques Ellul mengenai teknologi media komunikasi
Mengenai
komunikasi dalam kaitannya dengan propaganda Jacques Ellul mengatakan bahwa
sistem propaganda terdiri dari dua gabungan teknik. Yang pertama menyangkut
sejumlah teknik mekanistis yang rumit (radio, pers, tv, film) dan yang
memungkinkan komunikasi berlangsung dengan banyak orang bersama-sama. Teknik
kedua meliputi sejumlah teknik psikologis yang mampu menggali pengetahuan
mendalam tentang spikhe manusia. (Menezes, 1984: 31).
F. MAZHAB FRANFURT
VERSUS MAZHAB CHICAGO
1. Mazhab Frankfurt
Mazhab
Frankfurt dengan tokoh-tokohnya antara lain Th. Adorno, M. Horkheimer, W.
Benjamin, P. Lazarsfeld, dan M. Marcuce dari Institut Frankfurt untuk
Penelitian Sosial (Frankfurt Institut fur Sozialforschung) menampilkan
suatu teori yang dinamankan Teori Komunikasi Kritik; penelitiannya dinamakan
penelitian kritik (critical research). Teori Komunikasi Kritik itu semakin
semarak, setelah muncul Jurgen Habermas murid Horkheimer dan Adorno, terutama
sejak tahun 1970-an pada waktu banyak buku mengenai pemikirannya diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya.
2. Mazhab Chicago
Mazhab
Chicago atau Aliran Chicago merupakan pandangan para pakar penelitian Amerika
Serikat yang antara lain terdiri dari Robert Ezra Park, Paul F. Lazarsfeld,
Harold D, Lasswell, Bernard Berelson, Robert K, Merton, Daniel Lerner, Ithiel
De Sola Pool, Wilbur Schramm, Charles Wright, David Berlo, dan lain-lain.
Mazhab
Chicago dengan positivisme empirik menitikberatkan penelitiannya pada
pemecahan masalah kriminal, prostitusi, dan masalah-masalah lainnya yang timbul
akibat industrialisasi dan urbanisasi yang berlangsung sangat cepat di Amerika
(Wirahadikusumah dalam Praktikto, 1987:34).
3.
Kritik
Mazhab Frankfurt terhadap Mazhab Chicago dan Komunikasi Massa Amerika
Kritik
Mazhab Frankfurt terhadap Mazhab Chicago, antara lain menyatakan bahwa
penelitian komunikasi massa yang positivistik empirik oleh Mazhab Chicago yang
tidak menggunakan teori sosial secara umum tidak dapat mengkaji
fenomena-fenomena komunikasi massa.
Post a Comment