Untuk Menghindari copy paste Kami menyediakan versi pdf yang bisa anda download disini
Download
Akulturasi atau culture contact, mempunyai berbagai arti di antara sarjana antropologi, tetapi semua sepakat bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.[1] Akulturasi juga dapat dipamahi sebagai suatu proses dimana seseorang yang memiliki budaya bertemu dengan budaya lain, sehingga saling tukar dari kedua belah pihak.
Download
Akulturasi atau culture contact, mempunyai berbagai arti di antara sarjana antropologi, tetapi semua sepakat bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.[1] Akulturasi juga dapat dipamahi sebagai suatu proses dimana seseorang yang memiliki budaya bertemu dengan budaya lain, sehingga saling tukar dari kedua belah pihak.
Proses akulturasi memang sudah
ada sejak dulu kala, tetapi proses akulturasi dengan sifat khusus baru ada
ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat mulai menyebar ke
daerah-daerah lain di muka bumi pada awal abad ke-15, dan mulai mempengaruhi
masyarakat-masyarakat suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara dan
Amerika Latin. Mereka membangun pusat-pusat kekuatan di berbagai tempat di
sana, yang menjadi pangkal dari pemerintah-pemerintah jajahan, dan yang pada
akhir ke-19 dan awal abad ke-20 mencapai puncak kejayaannya. Seiring dengan
perkembangan berbagai pemerintahan jajahan itu, berkembang pula berbagai usaha
penyebaran agama Nasrani. Hasil yang tampak sekarang ialah bahwa sudah hampir
tidak ada suku bangsa yang terhindar dari pengaruh unsur-unsur kebudayaan
Eropa. Terutama dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pengaruh unsur-unsur
kebudayaan Eropa dan Amerika yang juga disebut “modernisasi” itu dialami oleh
hampir semua warga suku bangsa di Afrika, Asia, dan Oseania secara sangat
intensif, yang bahkan sampai menyentuh sistem norma dan nilai budaya mereka.[2]
Contoh akulturasi kebudayaan
Hadrami dan Palembang sangat banyak sekali. Salah satunya dalam bidang seni,
seperti rebana, barzanji, dan lain-lan merupakan pengaruh dari seni Hadrami.
Hanya saja kesemua bentuk kesenian ini sudah mengalami elaborasi dan
penyesuaian dengan musik lokal. Sehingga seni yang ada dalam masyarakat
Palembang tetap memperlihatkan khal lokalnya.
Terjadinya akulturasi sudah
barang tentu menimbulkan benturan dan pergeseran, disamping penyesuaian dan
penyerasian nilai-nilai dan norma-norma secara timbal balik antara Hadrami dan
kebudayaan Palembang.
Titik awal akulturasi antara kebudayaan
Palembang dan Hadrami adalah sekitar abad ke 10
navigasi perdagangan Hadrami sudah sampai ke Korea dan Jepang, di tengah
perjalanan di Selat Malaka mereka berhubungan dagang dengan Zabaj (Sriwijaya),
karena suluruh kapal yang melewati Selat Malaka singgah mengambil perbekalan di
bandar Sriwijaya. Kedua, dapat dipastikan bahwa Islam masuk di daerah
Sriwijaya pada abad ke-7. hal ini mengingat cerita buku sejarah Cina yang
menyebutkan bahwa Dinasti Tang memberitakan tentang utusan Tache (sebutan untuk
orang Arab) ke Kalingga pada tahun 674 M. dari sana dapat disimpulkan bahwa
pada saat itu telah terjadi proses Islamisasi. Apalagi disebutkan bahwa pada
zaman Dinasti Tang telah dikabarkan bahwa telah ada perkampungan Arab Muslim di
pantai barat Sumatra pada tahun 674 M. ketiga, Para penulis seperti
Ibnu Batuta (900M), Sulaiman (850M), dan Abu Said (950 M) menyebutkan bahwa
sejak kekhalifahan Umayyah (661-750M) dan Abbasiyah (750-1268M) hubungan dagang
mereka telah samapai ke wilayah kekuasaan Sriwijaya. Juga di saat yang sama
para pedagang Sriwijaya telah berlayar ke negara-negara Timur Tengah.
Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan titik awal proses akulturasi antara
kebudayaan Palembang dan Hadrami
Dengan memperhatikan para
pembawa unsur-unsur kebudayaan asing (dalam antropologi disebut agents of
acculturation) dapat diketahui unsur-unsur kebudayaan jenis apa yang masuk.
Para warga masyarakat itu umumnya tidak memahami seluruh kebudayaannya sendiri,
terutama apabila masyarakatnya luas dan kompleks. Karena itu para agents of
acculturation itulah yang menentukan unsur-unsur kebudayaan yang
dimasukkan. Seorang pedagang tentu membawa unsur kebudayaan berupa berbagai
jenis barang, cara berdagang, dan sebagainya; seorang pendeta penyiar agama
Islam tentu membawa berbagai unsur agamanya.[3]
Post a Comment